Awas. Kereta Api. Bahaya.

palangkereta1

Beberapa waktu lalu, sekitar akhir Maret, saya dan kawan saya Zico pergi ke Jakarta untuk menghadiri 21shortfilm festival. Hari itu sekalian kami manfaatkan untuk mengambil beberapa footage daerah metropolitan Jakarta dalam projek film pendek yang sedang kami rencanakan. Yah, film pendek iseng-iseng seorang mahasiswa saja. 😀

Untuk beberapa film pendek di 21shortfilm festival akan saya ceritakan di lain waktu. Disini, saya cuma ingin mencurahkan sebuah uneg-uneg tentang kejadian yang saya alami sepulangnya dari acara tersebut.

Setelah acara tersebut selesai, saya dan kawan saya menuju ke Stasiun Manggarai untuk pulang dengan kereta menuju ke Bogor. Awalnya kami berencana naik busway untuk menuju Stasiun Manggarai. Tiba-tiba kami mengubah rencana, mengganti sarana perjalanan menuju ke Stasiun Manggarai, dari busway menjadi kopaja.

Dalam perjalanan dengan kopaja di jalanan Jakarta itulah saya melihat bagaimana hukum rimba berlaku di kota ini. Kota yang penuh dengan hal kontradiktif, antara hal depresif seperti “peluh, keletihan dan krisis sosial” dengan hal motivatif seperti “harapan, kesuksesan dan gemerlapan materi”. Semuanya membaur, bercampur aduk dan akhirnya saling bergesekan kuat, yang berakhir dengan tumbal yang harus dikorbankan.

Di tengah perjalanan, kopaja kami melintasi rel kereta api yang melintang di jalan sekitar Manggarai. Pemandangan seperti ini adalah hal biasa yang sering saya lihat sehari-hari. Sebuah rel kereta api dengan palangnya yang─cuma ada di satu sisi, sedang sisi lainnya terbuka tanpa ditutup palang─akan menutup dan mengeluarkan suara alarm nyaring ketika ada kereta api yang mau melintas.

Kemudian, ketika kami telah melintasi rel kereta api tersebut, mobil-mobil di depan kami terhenti, saya perkirakan saat itu ada lampu merah atau perempatan yang padat kendaraan di depan sana, sehingga menyebabkan kemacetan. Masalahnya adalah, di saat terjebak macet itulah, alarm di palang rel kereta api berbunyi meraung-raung. Saya yang berada di pinggir jendela kopaja melongok ke belakang, yang saya lihat adalah ada satu mobil Kijang Innova berada persis di belakang kopaja kami, lalu di belakang Innova ada sebuah mobil Sedan. Ironisnya, mobil Sedan itu terjebak di tengah rel kereta api. Sedangkan saat itu palang pintu mulai bergerak menutup, bersama dengan alarm yang meraung seakan berteriak “Minggir-minggir! Ada kereta mau lewat!”.

Sialnya, mobil Sedan itu tak dapat bergerak kemanapun karena jarak yang sangat mepet antara Sedan itu, Innova dan Kopaja yang saya naiki. Klakson pun bersahut-sahutan, tapi tak ada mobil di depan yang bergerak sejengkal pun, jalur yang tersumbat kemacetan itu hanya terdiam, menatap nanar mobil Sedan beserta isinya yang dilematis, melepas nyawa atau melepas harta?

Sang “kenek” kopaja yang saya tumpangi kemudian turun dan bergerak ke depan untuk memberitahukan kondisi Sedan yang di ujung tanduk tersebut ke mobil-mobil di depan, berharap mereka masih dapat bergerak dan memberi ruang aman di belakang. Tapi, usaha tersebut tak membawa hasil.

Akhirnya, karena sepertinya tak memungkinkan lagi untuk menyelamatkan mobilnya, orang-orang yang berada di dalam Sedan itu keluar menyelamatkan diri. Sedangkan mobil Innova di depannya masih berusaha mencari harapan. Sebenarnya Innova itu berada di jangkauan yang relatif aman dari radius rel kereta api, tapi orang-orang di dalam Innova tersebut rupanya tidak berpikir lebih jauh kalau kondisi mereka juga di ujung tanduk.

Beberapa detik kemudian, untuk pertama kalinya. Saya menyaksikan scene yang biasanya hanya saya lihat di film-film seperti Final Destination. Kereta yang melaju deras menghantam mobil Sedan tersebut. Mobil Sedan terpelanting kuat ke arah Innova, alhasil Innova itu pun ikut terpelanting ke samping kopaja kami. Naas untuk orang yang berada di dalam Innova tersebut, dia salah perhitungan, tak memikirkan bahwa mobilnya masih berpeluang terkena dampak hantaman kereta itu dari Sedan yang terpelanting ke arahnya. Setelah menghantam Innova, Sedan tersebut kembali terpelanting ke arah tiang listrik di pinggir jalan. Kalau tak ada tiang listrik tersebut, mungkin Sedan itu akan terpelanting lebih jauh lagi ke arah sungai yang ada di dekat jalur rel.

Saya yang menyaksikan dari jendela kopaja tersebut hanya dapat menahan nafas disertai detak jantung yang sempat melonjak naik. Saya tak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mobil Sedan dan orang di dalam Innova itu. Dalam kondisi macet tadi saya hanya bisa ikut berteriak kepada mobil-mobil di depan untuk bergerak maju dan memberi ruang, tapi itu hanya usaha yang sia-sia.

Kopaja yang saya naiki kemudian bergerak maju setelah sumbat kemacetan di jalan tersebut dibuka. Saya hanya tertegun.

Saya mulai berpikir,

Kemana perginya polisi yang mengatur lalu lintas di perempatan di depan sana?

Apakah dia tak mendengar bunyi klakson yang bersahut-sahutan panik di rel kereta api?

Kemana perginya petugas penjaga pos rel kereta api?

Karena saat kejadian tersebut saya tak melihat satu pun penjaga pos yang mengatur lalu lintas di lintasan rel kereta api tersebut. Saya cukup heran, karena di daerah Bogor, tepatnya di Cimanggu, juga ada jalan serupa yang dilintasi rel kereta api, dan selalu ada orang yang mengatur jalan tersebut, sehingga bisa menghindari kemacetan yang rawan terjadi di jalur seperti itu─mengingat banyak orang yang sering tak sabar untuk melintasi rel kereta api tersebut, terutama para pengendara motor yang sering ngotot tetap melintasi rel meskipun alarm sudah berbunyi. Tentu saja pengendara motor itu bisa bertingkah sesuka hati seperti itu karena tiang palang rel tersebut seringkali saya lihat hanya ada di satu sisi rel, palangnya pendek pula! Tak sampai menutup sepenuhnya jalanan, hanya setengahnya saja. Infrastuktur macam apa ini?!!

2epr4mx

Masih saja nekat menerobos?

unduhan (1)

terobos-rel_thumb

Kenapa ga menunggu di belakang palang pintu rel?

terobos_thumb

terobos-kereta-api_thumb

Lalu, siapa yang salah? Siapa yang seharusnya bertanggung jawab?

Mobil Sedan tadi tak bersalah, karena dia tidak menerobos palang rel, alarm baru berbunyi setelah dia berada di tengah rel, terjebak macet dan tak mampu bergerak kemana pun.

Innova, Kopaja dan mobil-mobil di depan juga tak mampu berbuat apa-apa karena mereka tersumbat oleh “entah apa yang ada di depan sana” yang menyebabkan jalan lumpuh dalam kemacetan.

Para polisi di perempatan di depan juga mungkin kurang personil sehingga dia tak sempat memperhatikan kondisi di belakang karena fokus mengatur jalan yang sedang macet di perempatan tersebut.

Para penjaga pos rel kereta api? Kemanakah orang-orang yang sebenarnya memiliki tugas mulia ini? Mungkin tak ada yang berminat karena gajinya kecil, atau kurang personil, karena mereka juga manusia yang tak bisa bekerja 24 jam non-stop.

Akhirnya, sekali lagi, kita menemukan jawabannya pada infrastruktur yang tak maksimal. Tak heran, hal-hal seperti ini bisa terjadi, saya pernah menemukan artikel seperti ini:

Tidak adanya penjaga pintu lintasan, juga merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Seharusnya ada penjaga yang menjaga lintasan kereta api, untuk memperingatkan dan memberi tanda bahwa kereta akan segera melintas.

Menurut informasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Jawa Tengah, terdapat 489 pintu lintasan kereta tanpa palang. Dan hanya 90 lintasan yang diberi palang. Padahal palang tersebut merupakan hal mutlak yang harus ada di lintasan kereta. Pintu palang lintasan merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, namun sayangnya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah belum dilakukan secara maksimal.

Terlihat dari beberapa pintu lintasan yang dilewati oleh kereta api, belum terdapat palang yang berguna sebagai pengaman saat kereta akan melintas. Hal ini menyebabkan masyarakat yang hendak menyeberang tidak mengetahui adanya kedatangan kereta.

Penjaga pintu lintasan dan palangnya merupakan hal yang harus menjadi perhatian pemerintah, agar angka kecelakaan akibat tertabrak kereta api dapat diminimalkan.

[Sumber artikel: http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=409]

Dan juga ada artikel seperti ini:

CIKARANG, TVBERITA.com – Pintu Perlintasan kereta api yang berada didepan Polsek Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Jawa Barat, rawan kecelakaan, hal ini dikaranakan kurangnya sarana pasilitas penjagaan, sehingga banyak kendaraan bermotor nekad menerobos pintu rel kereta api. Meski sudah banyak korban jiwa yang meninggal dunia, ironisnya pihak PJKA tidak membenahinya.

Menurut warga Cikarang Utara, Pintu perlintasan rel kereta api didepan Polsek Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Jawa Barat, dikeluhkan oleh warga. karena palang pintu rel kereta api untuk menjaga kendaraan masih terbuka bebas, hingga kendaraan bermotor bebas menerobos seenaknya.

Agus pedagang yang berjualan dilokasi rel kereta api mengatakan, kondisi ini sangat membahayakan bagi kendaraan bermotor, jika terus dibiarkan.

Ironisnya lagi terlihat palang pintu itu sudah lama rusak namun dibiarkan saja, kemudian penjaga palang pintu rel kereta api juga terlihat santai seperti membiarkan kendaraan dan orang bebas menerobos di saat kereta api melintas. Padahal akan mangancam keselamatan para pengguna kendaraan yang melintasi dilokasi ini.

[Sumber artikel: http://www.tvberita.com/berita-348-pintu-lintasan-rel-kereta-api-didepan-mapolsek-cikarang-rawan-kecelakaan-.html ]

Memang, ada yang salah dengan negeri ini. 🙄

________________________________________________________________________________________

Sumber Ilustrasi:

http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=409

http://deteksi.info/2009/04/menabrak-aturan-menantang-maut/

http://pertamax7.com/2013/01/27/masih-banyak-yang-menerobos-pintu-rel-yang-tertutupberbahaya-dan-sudah-banyak-korban/

http://www.tempo.co/read/news/2011/11/02/090364506/Kurangi-Kemacetan-Perlintasan-Kereta-Akan-di-Atas-Bawah-Rel

16 pemikiran pada “Awas. Kereta Api. Bahaya.

  1. serem aku baca cerita di atas , nggak kebayang kalau melihatnya langsung
    kalau melihat gambar gamnar di atas, rasanya gimana ya

    • Semoga saja pemandangan mengerikan yang saya saksikan langsung itu dapat diminimalisir.
      Saya sendiri merasa maut benar-benar di depan mata ketika menyaksikannya.

  2. horor bung.
    saya prnah baca rel bisa mnjadi sprti bermuatan magnet krna pngaruh tekanan udara dri kreta yg melintas shingga kndaraan bs saja stuck.
    klo mg terdesak membunyikan klakson bisa menghilangkan efek magnet trsbut
    smg mnfaatt ya

    • Bener sekali.
      Memang bener klo kendaraan yang melintas di rel kereta api di saat ada kereta api yg mendekat, akan terjadi perbenturan medan magnet dan listrik yg bisa mengakibatkan matinya mesin kendaraan.
      Dan bunyi klakson kendaraan itu berfungsi untuk memicu starter kendaraan agar tidak mati “jleb”.

  3. Kayak Final Destination ya, seri ke-1 kayaknya, yang kejebak di dalem mobil pas kereta lewat. Atau yang mana? 😀

  4. kalo pertanyaan ini “Kemana perginya polisi yang mengatur lalu lintas di perempatan di depan sana?”, saya tau jawabannya, yakni “polisinya lagi nge’beer sama turis sambil ngitungin duit hasil razia.”
    hahahaha 😀

    • 100 for Beer.
      100 for Your Government. Hehe
      Btw, si turis yg bikin video itu juga bikin video lain di youtube, yang isinya tentang praktik kecurangan Money Changer di Bali.
      Mulai dari kelas bawah aja udah ada praktik ketidak jujuran, gimana kelas atasnya?

  5. serem banget Yus!
    iya harusnya di cc ke PJKA tu, lapak di stasiun dibongkar2 eh..yang lebih vital ga dibenahi

    • Gara-gara hal ini,
      tiap naik motor lewat rel kereta api di Cimanggu jadi sedikit was-was. Untunglah di Cimanggu masih ada orang yang bertugas mengatur jalan itu.
      Sepertinya pekerjaan sepele, tapi petugas itu telah melakukan hal yang besar.

      • bener Yus..
        tingkat kecelakaan di lintasan KA emang tinggi
        Malahan ada orang padang (masih tetangga) datang ke jakarta cuma buat jalan2 sama anaknya pas liburan sekolah, tapi jadinya cuma nganterin nyawa karna ketabrak kereta di kalibata!

        • Innalillahi wa innailaihi roji’un.
          Semoga hal-hal kaya’ gitu ga bertambah banyak di Indonesia.
          Minimal kesadaran tentang hal itu bisa kita mulai dari diri sendiri, dengan tertib menunggu saat ada kereta api mau lewat di lintasan.
          Jika kita telah tertib, sisanya adalah tugas PJKA dan pemerintah.

  6. Ternyata dimana-mana di negeri ini kayak gitu. Saya sendiri pernah mikir kalo kejebak di tengah-tengah gitu.. soalnya saya yang notabene selalu naik angkot kemana-mana ini suka serem sendiri liat para supir angkot yang sesuka hati nerobos rel kereta api padahal udah ada alarm dan palang udah mau nutup jalan

  7. *guna alarm … untuk orang yg buta agar tahu kl kereta lewat
    *guna palang pintu …. untuk orang yang tuli agar tidak menerobos perlintasan KA ketika ditutup,
    *lalu lintas Indonesia dengan sistem lajur kiri (palang hanya setengah jalan)

    kalo ada alarm dan palang trtutup ttpi masih lewat brrti apa sudah buta dan tuli ttapi masih bisa naik motor.?

    *rambu stop sudah dipasang
    diundang-undang lalu lintas sdh diatur tata tertibnya (wajib berhenti dan boleh berjalan ketika merasa aman)
    *garis kejut sudah dibuat
    kl semua perlintasan KA di beri palang pintu, apa anggaran negara tdk habis untuk pembuatan palang dan sinyal elektrik?

    kecelakaan trjadi krn mereka nekad merasa punya nyawa 9

    • Ga semua kecelakaan terjadi karena si korban nekad.
      Yang saya lihat sendiri, seperti yang saya ceritakan di atas. Pengendara mobil ga nekad.
      Saat mobil itu menyeberang rel, alarm belum berbunyi. Dan saat itu kemacetan membuat lalu lintas di rel kereta api tersendat. Di tengah-tengah kemacetan itulah alarm berbunyi.
      Nah? Kalau sudah begitu mau bagaimana?
      Sedangkan di rel itu ga ada petugas yang menjaga pos tersebut. Jalan tersumbat.

Jangan sungkan berpendapat